Keutamaan Sepuluh hari Dzulhijjah

September 13, 2015 by abahzaky2014

Waalaikumussalam…..Malam Malam Sepuluh
Allah berfirman pada awal surat al Fajr:
Wal Fajri Wa Layalin A’syr.
Artinya “Demi fajar dan demi malam-malam sepuluh”
Dalam ayat ini, Allah bersumpah demi fajar atau sinar pagi setelah lepas malam yang gelap gulita. Kenapa Allah bersumpah demi fajar? Karena di waktu fajar kita akan medapatkan ketenangan hati dan konsentrasi penuh dalam menjalankan ibadah.
Dan Allah bersumpah pula demi malam-malam sepuluh. Apa itu malam malam sepuluh? Yang dimaksud disini dimulai dari permulaan bulan Dzul Hijjah sampai dengan 10 Dzul Hijjah, yaitu waktu kesibukan para jama’ah haji melakukan ibadah memenuhi panggilan Allah. Disebut juga “ayyam ma’lumat”. Ini memiliki keistimewaan dan keafdholan melebihi dari hari hari yang lain.
Bagi yang tidak melakukan ibadah haji, jangan sekali kali melewati hari hari sepuluh Dzul Hijjah dengan begitu saja. Rasulallah menganjurkan untuk berbuat kebajikan terutama pada hari hari trb.
“Tidak dari hari-hari baik lebih dicintai Allah melebihi dari hari-hari sekarang ini” (yaitu permulan s/d sepuluh dzul Hijjah). Para sahabat Nabi bertanya “Apakah berjihad tidak lebih afdhol dari hari-hari itu ya Rasulallah?”. Rasulallah bersabda: “Ya, berjihad tidak lebih afdhol dari hari-hari itu, kecuali jika seorang keluar dengan jiwa dan harta bendanya kemudian tak ada satupun yang kembali lagi”. Hadits ini diriwayatkan Sahih Bukhari.
Disunahkan pada hari hari itu untuk melakukan diantaranya :
– puasa Arafah, sesuai dengan hadits Nabi “Puasa Arafah menghapuskan dosa dosa tahun yang lalu dan yang akan datang”
– berzikir, bertakbir, bertahmid, dan bertahlil
– memperbanyak shodakah
– berkorban dengan menyembelih binatang ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing pada hari hari tasyriq (10,11,12 dzul Hijjah) atau yang disebut “ayyam ma’dudat”.
– masih banyak lagi amal amal shaleh yang afdhol dilakukan pada hari hari sepuluh
Semoga Allah menerima niat dan amal baik kita, amiiiin
Terlampir dibawah ini “dzikir al’asyer” yang biasa dilakukan ulama2 Hadramut jika masuk malam2 sepuluh.. Semoga manfaat.
  
ذكر العشر 

بسم الله الرحمن الرحيم
يؤتى بهذا الذكر في ليالي العشر الأولى من ذي الحجه وينبغي المواظبه عليه كل يوم

“ثلاث أو عشر مرات ”

كما هو عمل اهل تريم حضرموت حرسها الله

وسائر بلدان المسلمين ((آمين)) 

لا إله إلا الله عدد الليالي والدهور

لا إله إلا الله عدد الأيام والشهور

لا إله إلا الله عدد أمواج البحور

لا إله إلا الله عدد أضعاف الأجور

لا إله إلا الله عدد قطر المطر

لا إله إلا الله عدد أوراق الشجر

لا إله إلا الله عدد الرمل والحجر

لا إله إلا الله عدد الزهر والثمر

لا إله إلا الله عدد الشعر والوبر

لا إله إلا الله عدد أنفاس البشر

لا إله إلا الله عدد ذنوبنا حتى تغفر

لا إله إلا الله عدد لمح العيون

لا إله إلا الله عدد ماكان ومايكون

لا إله إلا الله تعالى عما يشركون

لا إله إلا الله خير مما يجمعون

لا إله إلا الله في الليل إذا عسعس

لا إله إلا الله في الصبح إذا تنفس

لا إله إلا الله عدد الرياح في البرار والصخور

لا إله إلا الله من يومنا هذا إلى يوم ينفخ في الصور

لا إله إلا الله عدد خلقه أجمعين

لا إله إلا الله من يومنا هذا إلى يوم الدين

لا إله إلا الله وحده لاشريك له له الملك وله الحمد يحي ويميت وهو على كل شي قدير

عدد خلقه ورضى نفسه وزنة عرشه

ومداد كلماته((عشراً))

اللهم صل على سيدنا محمد ماأتصلت العيون بالنظر ، وتزخرفت الأرضون بالمطر، 

وحج حاج وأعتمر، ولبى وحلق ونحر ، وطاف بالبيت العتيق وقبل الحجر ،

وعلى آله وصحبه وسلم عدد خلقك ورضى نفسك وزنة عرشك ومداد كلماتك((عشراً))

Kebiasaan Ulama Terdahulu menyambut 10 awal Dzulhijjah

وفي رواية الترمذي وأبي داود: وعَنه أن النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ اْلأيَّامِ الْعَشْرِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! وََلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: وََلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إَِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ. [ صحيح / صحيح سنن الترمذي، 
4] عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ. قَالُوا: وََلا الْجِهَادُ، قَالَ: وََلا الْجِهَادُ، إَِلا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ. [ صحيح البخاري، (969) ]. إلا: أي إلا جهاد رجل … 
وعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وََلا أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ خَيْرٍ يَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ اْلأضْحَى، قِيلَ: وََلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: وََلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، إَِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ. قَالَ ( أي: راوي الحديث ): وَكَانَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ إِذَا دَخَلَ أَيَّامُ الْعَشْرِ اجْتَهَدَ اجْتِهَادًا شَدِيدًا حَتَّى مَا يَكَادُ يَقْدِرُ عَلَيْهِ. [ حسن / صحيح الترغيب والترهيب للألباني، (1148) ].
Kemuliaan dan Keagungan 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah
Oleh : Sayyidi Al Habib Umar Bin Hafidz
Berpuasa pada salah satu hari dari sembilan hari pertama bulan haji (atau lebih baik lagi berpuasa seluruh sembilan hari, paling tidak pada hari ke sembilan – hari wukuf) sama dengan berpuasa satu tahun penuh. 
Berdiri dalam sholat dari salah satu malam di dalamnya adalah setara dengan berdiri dalam sholat pada malam kemuliaan (Laylatul Qadr). Puasa hari Arafah (tgl 9) menghapus dosa dua tahun. Dan dalam beberapa riwayat puasa pada hari itu adalah setara dengan puasa seribu hari dan di riwayat lain puasa sepuluh ribu hari. 
Jadi raihlah bagian kalian dimalam dan hari mulia ini bersama para jamaah yang berangkat haji..
وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (3) وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ (4 

1. Demi fajar,

2. dan malam yang sepuluh,

3. dan yang genap dan yang ganjil,

4. dan malam bila berlalu.
Para ulama berkomentar bahwa ayat-ayat ini merujuk pada sepuluh hari yang kita maksud:
1. Demi fajar,; 

Mengacu pada pada waktu fajar di hari itu, (hari pengorbanan) atau waktu fajar pada hari Arafah.
2. dan malam yang sepuluh,

mengacu pada sepuluh malam bulan Dzul Hijja
3. dan yang genap dan yang ganjil,

Genap (Al-shaf) mengacu pada hari Idul Fitri, hari kesepuluh.

Dan ganjil (al-witir) mengacu pada hari Arafah (hari ke 9).
4. dan malam bila berlalu.

ini mengacu pada malam sebelum Idul Adha.
Setiap dari hari hari ini dimana Allah telah bersumpah ada membentang didepan kita yang terkandung dalam bagian pertama dari Dzul Hijjah yang kita hadapi. 

Jadi sangatlah rugi kalau kita tidak menghargai nilai dan kebesaran hari-hari dan malam-malam mulia ini!
(Kenyataannya bahwa Allah telah bersumpah untuk hari-hari ini adalah bukti manfaat besar yang terkandung di dalamnya)..

tambahan dari Grup sebelah
Syukron atas informasi nya Bib Aje….. 👌👌👌

InSyaa Allah selasa besok akan masuk bulan bulan Dzulhijjah
JANGAN SIA-SIAKAN 10 HARI TERBAIK YANG PENUH KEUTAMAAN INI!
Dalam beberapa hari kedepan insya Allah kita memasuki bulan Dzulhijjah.

Allah swt memberikan keutamaan dan keistimewaan serta kemulian kepada ciptaanNya yang ia kehendaki dengan keistimewaan yang Ia tidak berikan kepada ciptaan yang lainnya. Begitu juga Allah mengistimewakan satu hari diantara hari-hari yang lain. Allah mengistimewakan satu bulan diantara bulan-bulan yang lain. Pun Allah mengistimewakan satu tempat diantara tempat-tempat yang lain.
Begitu juga Allah swt memberikan keistimewaan kepada Nabi Muhammad dengan keistimewaan yang tidak Ia berikan kepada Nabi lainnya.
Allah mengistimewakan Ramadhan dengan Malam Lailatul Qodr. Allah mengistimewakan Muharrom dengan puasa Asyuro. Allah pun memberikan keistimewaan kepada Tanah Haram dengan keitimewaan yang tidak dimiliki oleh tempat-tempat lain dibumi ini.
Begitu juga dengan hari-hari yang akan kita masuki sebentar lagi, yaitu 10 hari awal bulan Dzulhijjah. 10 hari yang didalamnya terdapat hari raya Agung (Iedul-Akbar). Hari yang mendapat tempat penting disisi Allah swt, sampai-sampai ibadah yang dilakerjakan pada hari-hari ini nilainya setara dengan jihad bahkan lebih baik.
“Tidaklah ada hari-hari dimana amal baik yang dikerjakan didalamnya itu lebih dicintai Allah dibanding hari-hari ini (10 awal dzuhijjah).” Kemudian para sahabat bertanya: “bahkan lebih baik dari jihad wahai Rasul?”. Rasul saw menjawab: “lebih dari Jihad! Kecuali orang yang keluar dari rumahnya untuk berjihad dengan harta dan jiwanya dan ia tidak kembali lagi (mati syahid)” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah)
Spesial bukan? Bagi para sahabat Nabi saw, jihad adalah puncak ibadah dalam syariat Karena itu mereka menanyakan, apakah ibadah yang dilakukan di hari-hari 10awal Dzulhijjah itu juga lebih baik dari pada Jihad? Secara jelas Rasul menjelaskannya. Bahkan melebihi dari Jihad dan menyetarakannya dengan syahid.
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam Fathul-Bari menjelaskan hikmah dibalik begitu spesialnya kedudukan 10Awal Dzulhijjah ini disisi Allah swt. Kata beliau itu karena di 10awal Dzulhijjah lah berkumpul semua induk ibadah. Ada sholat, ada puasa, ada sedekah (qurban), ada wuquf dan juga ada takbir (malam iedul-Adha). Dan ini semua tidak bisa ditemukan dibulan-bulan lain (Fathul-Bari 2/460)
Ramadhan ada tarawih juga ada lailatul Qodr tapi tidak ada qurban. Di Muharrom ada ‘Asyuro dan Tasu’a tapi tidak ada wuquf. Cuma 10awal dzulhijjah ini yang mempunyai keistimewaan mewah. Dan karena itu pula Ulama menyebut Ied-Adha dengan sebutan Iedul-Akbar (hari Raya Agung) karena memang keutamaan bulan dan ibadah didalamnya.
Saking mulianya, sampai-sampai Allah bersumpah dengan 10 Awal bulan Dzulhijjah ini dalam surat Al-Fajr; “dan demi waktu fajar. Juga demi sepuluh malam” (QS Al-Fajr: 1-2). Jumhur Mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “sepuluh malam” diayat ini ialah 10 Awal Dzulhijjah tersebut. Dan sebagaimana diketahui bahwa Allah tidak akan bersumpah dengan nama makhluknya kecuali makhluk itu punya keudukan special disisiNya.
Makin spesial lagi, bahwa disebutkan dalam sebuah riwayat dari Imam AL-Baihaqi dalam kitabnya “Syu’abul-Iman”; bahwa afdholnya waktu dalam setahun itu ada pada 4 Bulan Haram (DzulQo’dah, DzulHIjjah, Muharrom, Rajab), dan afdholnya bulan-bulan Haram ialah bulan dzulhijjah, dan afholnya bulan Dzulhijjah ialah pada 10 awal hari-harinya. (Syu’bul –Imam Lil-Baihaqi 3/350 no. 3740)
Artinya memang kebaikan dan keutamaan dalam setahun itu terkumpul pada sepuluh hari awal bulan dzulhijjah. Bayangkan betapa besar kedudukannya ibadah yang dilakukan di hari-hari ini.
Lebih spesial lagi bahwa dalam 10awal dzulhijjah ini terdapat hari arofah, yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ialah hari terbaik untuk berdoa sebagaimana sabda Nabi dari riwayat Tirmidzi (no. 3509). Disini perkumpulan besar terjadi, seluruh muslim dengan berbagaimacam suku, warna kulit, dan juga Negara berkumpul dalam sebuah padang bernama Arofah. Dan hanya Islam yang mempunyai ritual ini, tidak ditemukan diagama lain.
Dan kita yang tidak berhaji disunnahkan untuk berpuasa pada hari arofah tersebut. Kesunnahannya berdasarkan hadits Nabi saw yang ketika itu ditanya tentang puasa Arofah, lalu beliau menjawab: “puasa Arofah menghapus dosa tahun lalu dan yang akan datang” (HR. Muslim no. 1977)
MANA YANG LEBIH UTAMA: 10 HARI PERTAMA DZULHIJJAH ATAU 10 MALAM TERAKHIR RAMADHAN?
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad memberikan penjelasan yang bagus tentang masalah ini. Beliau rahimahullah berkata, “Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah. Dan sepuluh hari pertama Dzulhijjah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Dari penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada. Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama ditinjau dari malamnya. Sedangkan sepuluh hari pertama Dzulhijjah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya) karena di dalamnya terdapat hari nahr (qurban), hari ‘Arofah dan terdapat hari tarwiyah (8 Dzulhijjah).”
Sebagian ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal Dzulhijjah sama dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari, sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada riwayat fadho’il yang lemah (dho’if). Namun hal ini tetap menunjukkan keutamaan beramal pada awal Dzulhijjah berdasarkan hadits shohih seperti hadits Ibnu ‘Abbas yang disebutkan di atas. (Latho-if Al Ma’arif, hal. 469). Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan.” (Latho-if Al Ma’arif, hal. 458)
MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN
Berikut kami lampirkan berbagai amalan yang disyariatkan agar kita mendapat faedah maksimal di 10 hari pertama Dzulhijjah:
1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga”.
2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :
الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي

“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku”.
JANGAN SIA-SIAKAN 10 HARI TERBAIK YANG PENUH KEUTAMAAN INI!
Allah swt memberikan keutamaan dan keistimewaan serta kemulian kepada ciptaanNya yang ia kehendaki dengan keistimewaan yang Ia tidak berikan kepada ciptaan yang lainnya. Begitu juga Allah mengistimewakan satu hari diantara hari-hari yang lain. Allah mengistimewakan satu bulan diantara bulan-bulan yang lain. Pun Allah mengistimewakan satu tempat diantara tempat-tempat yang lain.
Begitu juga Allah swt memberikan keistimewaan kepada Nabi Muhammad dengan keistimewaan yang tidak Ia berikan kepada Nabi lainnya.
Allah mengistimewakan Ramadhan dengan Malam Lailatul Qodr. Allah mengistimewakan Muharrom dengan puasa Asyuro. Allah pun memberikan keistimewaan kepada Tanah Haram dengan keitimewaan yang tidak dimiliki oleh tempat-tempat lain dibumi ini.
Begitu juga dengan hari-hari yang akan kita masuki sebentar lagi, yaitu 10 hari awal bulan Dzulhijjah. 10 hari yang didalamnya terdapat hari raya Agung (Iedul-Akbar). Hari yang mendapat tempat penting disisi Allah swt, sampai-sampai ibadah yang dilakerjakan pada hari-hari ini nilainya setara dengan jihad bahkan lebih baik.
“Tidaklah ada hari-hari dimana amal baik yang dikerjakan didalamnya itu lebih dicintai Allah dibanding hari-hari ini (10 awal dzuhijjah).” Kemudian para sahabat bertanya: “bahkan lebih baik dari jihad wahai Rasul?”. Rasul saw menjawab: “lebih dari Jihad! Kecuali orang yang keluar dari rumahnya untuk berjihad dengan harta dan jiwanya dan ia tidak kembali lagi (mati syahid)” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah)
Spesial bukan? Bagi para sahabat Nabi saw, jihad adalah puncak ibadah dalam syariat Karena itu mereka menanyakan, apakah ibadah yang dilakukan di hari-hari 10awal Dzulhijjah itu juga lebih baik dari pada Jihad? Secara jelas Rasul menjelaskannya. Bahkan melebihi dari Jihad dan menyetarakannya dengan syahid.
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam Fathul-Bari menjelaskan hikmah dibalik begitu spesialnya kedudukan 10Awal Dzulhijjah ini disisi Allah swt. Kata beliau itu karena di 10awal Dzulhijjah lah berkumpul semua induk ibadah. Ada sholat, ada puasa, ada sedekah (qurban), ada wuquf dan juga ada takbir (malam iedul-Adha). Dan ini semua tidak bisa ditemukan dibulan-bulan lain (Fathul-Bari 2/460)
Ramadhan ada tarawih juga ada lailatul Qodr tapi tidak ada qurban. Di Muharrom ada ‘Asyuro dan Tasu’a tapi tidak ada wuquf. Cuma 10awal dzulhijjah ini yang mempunyai keistimewaan mewah. Dan karena itu pula Ulama menyebut Ied-Adha dengan sebutan Iedul-Akbar (hari Raya Agung) karena memang keutamaan bulan dan ibadah didalamnya.
Saking mulianya, sampai-sampai Allah bersumpah dengan 10 Awal bulan Dzulhijjah ini dalam surat Al-Fajr; “dan demi waktu fajar. Juga demi sepuluh malam” (QS Al-Fajr: 1-2). Jumhur Mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “sepuluh malam” diayat ini ialah 10 Awal Dzulhijjah tersebut. Dan sebagaimana diketahui bahwa Allah tidak akan bersumpah dengan nama makhluknya kecuali makhluk itu punya keudukan special disisiNya.
Makin spesial lagi, bahwa disebutkan dalam sebuah riwayat dari Imam AL-Baihaqi dalam kitabnya “Syu’abul-Iman”; bahwa afdholnya waktu dalam setahun itu ada pada 4 Bulan Haram (DzulQo’dah, DzulHIjjah, Muharrom, Rajab), dan afdholnya bulan-bulan Haram ialah bulan dzulhijjah, dan afholnya bulan Dzulhijjah ialah pada 10 awal hari-harinya. (Syu’bul –Imam Lil-Baihaqi 3/350 no. 3740)
Artinya memang kebaikan dan keutamaan dalam setahun itu terkumpul pada sepuluh hari awal bulan dzulhijjah. Bayangkan betapa besar kedudukannya ibadah yang dilakukan di hari-hari ini.
Lebih spesial lagi bahwa dalam 10awal dzulhijjah ini terdapat hari arofah, yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ialah hari terbaik untuk berdoa sebagaimana sabda Nabi dari riwayat Tirmidzi (no. 3509). Disini perkumpulan besar terjadi, seluruh muslim dengan berbagaimacam suku, warna kulit, dan juga Negara berkumpul dalam sebuah padang bernama Arofah. Dan hanya Islam yang mempunyai ritual ini, tidak ditemukan diagama lain.
Dan kita yang tidak berhaji disunnahkan untuk berpuasa pada hari arofah tersebut. Kesunnahannya berdasarkan hadits Nabi saw yang ketika itu ditanya tentang puasa Arofah, lalu beliau menjawab: “puasa Arofah menghapus dosa tahun lalu dan yang akan datang” (HR. Muslim no. 1977)
MANA YANG LEBIH UTAMA: 10 HARI PERTAMA DZULHIJJAH ATAU 10 MALAM TERAKHIR RAMADHAN?
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad memberikan penjelasan yang bagus tentang masalah ini. Beliau rahimahullah berkata, “Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah. Dan sepuluh hari pertama Dzulhijjah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Dari penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada. Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama ditinjau dari malamnya. Sedangkan sepuluh hari pertama Dzulhijjah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya) karena di dalamnya terdapat hari nahr (qurban), hari ‘Arofah dan terdapat hari tarwiyah (8 Dzulhijjah).”
Sebagian ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal Dzulhijjah sama dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari, sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada riwayat fadho’il yang lemah (dho’if). Namun hal ini tetap menunjukkan keutamaan beramal pada awal Dzulhijjah berdasarkan hadits shohih seperti hadits Ibnu ‘Abbas yang disebutkan di atas. (Latho-if Al Ma’arif, hal. 469). Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan.” (Latho-if Al Ma’arif, hal. 458)
MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN
Berikut kami lampirkan berbagai amalan yang disyariatkan agar kita mendapat faedah maksimal di 10 hari pertama Dzulhijjah:
1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga”.
2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :
الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي

“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku”.
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ما من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين خريف

“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”. [Hadits Muttafaqun ‘Alaih].
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده .

“Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”.
3. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala.
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ 

“…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan …”. [al-Hajj/22 : 28].
Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma.
فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد 

“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid”. [Hadits Riwayat Ahmad].
Imam Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha’, tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah”.
Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [al-Baqarah/2 : 185].
Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do’a-do’a lainnya yang disyariatkan.
4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.
Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
ان الله يغار وغيرة الله أن يأتي المرء ما حرم الله علي

“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya” [Hadits Muttafaqun ‘Alaihi].
5. Banyak Beramal Shalih.

Berupa ibadah sunat seperti : shalat (rawathib, isyraq, dhuha, tahajjud, witir, mutlak, wudhu, tahiyatul masjid, dll), sedekah, pererat silaturrahim, menebarkan salam, membaca sholawat, menghadiri majelis ilmu, jihad, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.
6. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah ; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
7. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq.

Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta’ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر ووضع رجله على صفاحهما
“Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. [Muttafaqun ‘Alaihi].
Disunnahkan juga bagi yang berqurban untuk memotong sendiri hewan qurbannya atau melihat proses pemotongan.
8. Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره 

“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya”.
Dalam riwayat lain :
فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي 

“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban”.
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.
وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه

“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. [al-Baqarah/2 : 196].
Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.
9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan memamerkan kekayaan dengan penampilan berlebihan, menebar kecantikan bagi lawan jenis, bermaksiat, dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan berkurangnya / terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.
10. Selain Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas.

Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.
Semoga kita mampu memaksimalkan 10 hari yang penuh keutamaan ini, sangat-sangat sayang apabila kita membiarkan saja berlalu atau tidak bisa memanfaatkan momen besar yang datangnya hanya setahun sekali dengan mendulang pahala serta meraih cinta Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam bish shawab
Semoga bermanfaat. Afwan.

Tanggalan

September 2015
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930  

Blog Stats

  • 174,067 hits
web
statistics